Targethukumonline. PATI - Keberadaan gunung kendeng yang menyimpan sebuah misteri masih menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat awam khusunya bagi pro semen dimana mereka belum meyakini benar bahwa gunung kendeng adalah tempat bersemayamnya para leluhur, dengan banyak ditemukan situs keramat disepanjang aliran gunung kendeng, Kamis tgl (12/10/17).
![]() |
Ki Peci tokoh spiritual dari dukuh Pucang Jatiroto Kayen Pati |
Karena dirasa keberadaan gunung kendeng bagi orang awam itu sendiri dinilai belum percaya keberadaanya bila belum terbukti sebuah dampak perubahan yang membuat mereka percaya dengan dunia ghaib.
Namun apa yang dirasakan selama ini pernah terjadi, reaksi keras para leluhur yang tidak di hormati, sudah cukup bukti untuk memberikan peringatan bagi masyarakat yang tidak mau bertoleransi dengan alam ghaib. Namun hal itu tidak bisa di ketahui oleh orang awam dengan pengetahuan yang sempit tentang dunia keyakinan.
Untuk menanggapi dari masyarakat yang belum meyakini tentang keberadaan gunung kendeng yang sebenarnya, bisa disimak oleh para lelaku meditasi di Watu Payung sebelumnya dan hasilnya bisa di buat tolak ukur untuk meyakini dunia ghaib khususnya di tempat keramat Watu Payung.
Untuk kali ini sebagai pembuktian terkait gunung kendeng mari kita ikuti nara sumber yang semakin kuat keyakinanya tentang dunia ghaib dan dapat dipertanggung jawabkan setelah melakukan meditasi di pertapaan Watu Payung.
Yaitu kisah perjalanan seorang pensiunan dini guru Sekolah Dasar bernama Mad Zaenuri alias Peci (56) warga dukuh Pucang Desa Jatiroto RT 05 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Dalam keseharianya, di habiskan untuk beraktivitas mendampingi keluarga yang sangat sederhana. Untuk mengetahui dunia keyakinan, bermula dari problem keluarga karena terbelit ekonomi. Saat itulah beliau mulai melangkahkan kaki yang pertama kali menuju ke gunung Kawi Jawa Timur.
Di sana beliau melakukan ritual, walhasil tidak mendapatkan petunjuk apa-apa dan akhirnya kembali lagi ke Pati bumi kelahiranya. Dengan kegagalannya di gunung Kawi tidak membuat hati kecewa bagi Ki Peci, karena terbelit ekonomi hingga tersirat dalam hati untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang mudah dan instan.
Untuk mendapatkan itu Ki Peci mendatangi seorang tua yang dianggap bisa menolong dan mewujudkan keinginanya, yaitu kepada mbah Sakini desa Kalikalong kecamatan Tayu Pati. Di tempat itulah, Ki Peci dikasih petunjuk untuk mendapatkan kekayaan (harta karun), di suruh berpuasa selama 40 hari dan sesaji sebagai sarat untuk mendapatkan petunjuk.
Setelah di jalani, tidak mendapat petunjuk apa-apa. Dengan kegagalannya, Ki Peci mengadu ke mbah Sakini lagi barangkali ada yang kurang terpenuhi sebagai syaratnya.
Dalam petuahnya, mbah Sakini memberikan penjelasan dengan Ki Peci, bahwa yang sebenarnya dilakukan dan yang namanya harta karun itu tidak benar adanya. Yang ada hanya karunia dari Allah semata.
Dengan hati kecewa Ki Peci pulang ke rumah dan berucap dalam hatinya bahwa ajal, jodoh, rezki, semua itu sudah ada yang ngatur,” ujarnya sadar.
Setelah melalangbuana dari tempat satu ke tempat yang lain, sampailah pada tempat yang di sebut gunung Rahtawu yang berada di bawah puncak songolikur (29) di lereng gunung Muria Kudus.
Di tempat itu beliau menyepi dan melakukan meditasi, hingga mendapat petunjuk ghaib lewat mimpi,” yang dirilis tim,” contohlah seperti eyang Patih Gajah Mada yang memiliki sifat kesatria, tanggung jawab yang peduli sesama rakyat kecil dan bijaksana.
Terlepas setelah mendapatkan petunjuk ghaib digunung Rahtawu, untuk lebih memperdalam kepahaman dan keyakinan, Ki Peci pergi ketempat spiritual tertinggi sedunia yaitu keramat Watu Payung yang berada di lereng gunung kendeng di desa Gadudero kecamatan Sukolilo Pati.
Terlepas setelah mendapatkan petunjuk ghaib digunung Rahtawu, untuk lebih memperdalam kepahaman dan keyakinan, Ki Peci pergi ketempat spiritual tertinggi sedunia yaitu keramat Watu Payung yang berada di lereng gunung kendeng di desa Gadudero kecamatan Sukolilo Pati.
Dalam meditasinya, beliau bertemu dengan sosok ghaib yang mengaku eyang Kapiworo (Hanoman), dari sinilah Ki Peci mendapat sebuah pemahaman tentang keyakinan. Dan untuk mengetahui dunia keyakinan, Watu Payung adalah tempat keramat yang terdapat tempat bersemayamnya para leluhur (dewa dewi ) dijamannya.
Dalam dunia keyakinan menurut Ki Peci,” bumi tertua sedunia ada di Pati puncaknya di Watu Payung,” ungkapnya.
Terkait investor pabrik semen yang akan didirikan oleh PT SMS (Sahabat Mulia Sakti) yang rencana akan di golkan oleh pemerintah, menurut Ki Peci sangat tidak setuju dan menolak keras.
Pasalnya, keberadaan pabrik semen akan berdampak pada kerusakan lingkungan serta cagar alam. Selain itu gunung kendeng adalah sebagai puser bumi yang dibawahnya terdapat jalur besar antara laut selatan dan laut utara Jepara,” jelasnya.
Jika aktivitas tambang pabrik semen sampai mengeruk ke dalam puser bumi, maka bencana dahsyat akan terjadi,”tegas Ki Peci. Dalam keyakinanya, menurut Ki Peci, “jika pemerintah merespon adanya pabrik semen sampai beroperasi, maka akan kena balak dan azab tidak hanya pada oknumnya, akan tetapi sampai pada anak cucunya,” tuturnya.
Menanggapi warga masyarakat yang pro semen dan tidak sependapat dengan adanya Watu Payung yang menyimpan sebuah misteri tempat bersemayamnya para leluhur itu adalah hal yang wajar.
Karena kepahaman dan keyakinan terhadap Watu Payung hati dan akalnya tertutup demi kepentingan pribadi. Selain itu, belum bisa memahami arti lingkungan demi berlangsungnya kehidupan dengan alam yang damai, tentram atas kekuasaan Allah yang Maha Esa," imbuh Peci.
Harapannya, pemerintah daerah khususnya kabupaten, propinsi, hingga pusat, lebih berfikir positif terhadap keberadaan pegunungan kendeng dan membatalkan rencana mendirikan pabrik semen. Lindungi lingkungan dan cagar alam budaya, sehingga karst kawasan gunung kendeng tersebut bisa dilestarikan untuk selamanya,” tutur Ki Peci mengakhiri. (Sukarno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar