Sang Patriot Kusuma Bangsa - Target Hukum Online

Breaking

Berita Seputar Hukum Dan Kriminal

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 23 September 2016

Sang Patriot Kusuma Bangsa

TOKOH : Yos Sudarso, Sang Patriot yang Terkubur di luasnya Samudera

Nama Yos Sudarso tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Karena keberanian dan jasanya, tak heran nama pahlawan ini diabadikan sebagai nama jalan protokol di sejumlah kota di Indonesia. Komodor Yos Sudarso adalah perwira Angkatan laut yang gugur di laut Arafuru dalam perjuangan Trikora merebut kembali Irian Barat dari tangan penjajah pada tahun 1962.

Pertempuran ini adalah sebuah operasi yang dilakukan oleh militer Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat yang masih dalam kekuasaan Belanda. Operasi intelijen menjadi pilihan yang paling strategis karena kekuatan militer Indonesia dianggap belum mampu menandingi pasukan Belanda pada perang terbuka. Tujuan dari operasi ini adalah membangun pos-pos intelijen di daratan Irian Barat. Pasukan Militer Indonesia tidak memiliki informasi tentang Irian Barat, baik informasi tentang musuh, keadaan alam, dan medan Papua Barat itu sendiri. Itulah tujuan infiltrasi ini, dan tugas tersebut tersebut diserahkan kepada Angkatan darat. Menteri keamanan tidak mengetahui adanya operasi ini, dan tidak ada bukti tertulis mengenai operasi ini. Hal inilah yang menjadikan para Sejarawan menyimpulkan bahwa para perwira operasi ini melaksanakan operasi intelijen dengan kesepakatan mereka sendiri.

Pemimpin dari operasi ini adalah Letkol Sudomo. Pada tanggal 5 Januari 1962 Letkol Sudomo memimpin rapat koordinasi dengan 4 komandan MTB yang akan ikut dalam operasi. Jabatan Yos Sudarso saat itu adalah deputi Operasi KSAL (Kepala Satuan Angkatan Laut) dan sebenarnya beliau tidak terlibat dalam operasi ini. Namun karena solidaritas dan keputusannya sebagai seorang prajurit dan pemimpin yang bertanggung jawab akan anak buahnya dan juga kedaulatan negara, maka Yos Sudarso memutuskan untuk ikut dalam operasi militer ini. Pada 9 januari 1962 menjelang maghrib, keempat MTB berangkat dari Tanjung Priok yang dipimpin langsung oleh Sudomo.

Baca Juga  PPATK Berikan Data Negara Australia Penyumbang Dana Teroris Terbesar
Dikatakan oleh Suharmaji mantan ABK Macan Tutul, ketika daratan Irian Barat sudah terlihat secara remang-remang, secara mendadak dari lambung kanan ada pesawat belanda yang bergerak lalu kembali dan menembaki kapal-kapal MTB Indonesia, mereka juga menembakkan roket tetapi tidak mengenai MTB. Pada saat itulah kapal yang terakhir yaitu Macan Kumbang menembak pesawat-pesawat Belanda.

Pasukan militer Indonesia ini juga tidak mengetahui bahwa disekitar mereka sudah ada kapal destroyer Belanda yang menyambut kedatangan mereka. KRI Macan Tutul yang digunakan oleh Komodor Yos Sudarso dan ketiga MTB lainnya ini tidak dilengkapi dengan torpedo sebagai senjata utamanya, sehingga tidak ada perlawanan ketika operasi ini terbongkar oleh pihak Belanda. Karena Belanda berpikir bahwa kapal-kapal MTB ini dilengkapi dengan torpedo, maka sebelum pasukan Indonesia menyerang mereka menyerang terlebih dahulu dengan memberondong dan mengkonsentrasikan tembakan ke kapal-kapal MTB Indonesia tersebut. Kenyataanya, keempat MTB ini memang tidak dilengkapi dengan Terpedo.

Belum begitu lama setelah Yos Sudarso mengambil alih pimpinan operasi, anjungan KRI macan Tutul terbakar. Menurut pengakuan Sukirman mantan ABK Macan Tutul yang mengisahkan detik-detik akhir gugurnya Yos Sudarso. Sang Komodor menyampaikan pesan melalui radio RPF nya yang pasti diterima oleh kedua kapal dan oleh pos-pos PHB seluruh TNI angkatan laut dan institusi TNI lainnya. Pesan tersebut adalah “Kobarkan Semangat Pertempuran”. Seketika itu juga, KRI macan tutul tenggelam dan suasana menjadi sunyi.

Gugurnya Orang nomor dua di lingkungan angkatan laut Republik Indonesia, sekaligus pahlawan Nasional Indonesia Komodor Yos Sudarso. Bahkan mungkin masih banyak yang belum mengetahui akan adanya peristiwa pertempuran Aru ini. Lautan Arafuru menjadi saksi perjuangan Komodor Yos Sudarso. Peristiwa ini memberikan nilai moral dimana integritas bangsa adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar dan ini menjadi harga mati. Keputusan, keberanian, serta patriotisme itu muncul untuk melawan belenggu penjajahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad