Targethukumonline. Sejarah - Peng Jiaheng lahir di Kalimantan Barat, Kabupaten Sekadau (Indonesia)pada tahu 1921, dan terdaftar di Akademi Militer Whampoa pada 1937 dan kemudian pergi ke Amerika Serikat untuk belajar terbang pada 1940-an.
![]() |
Jiwa Nasionalisme masih bersemayam dihatinya. |
Peng muda kemudian bergabung dengan Chennault Jenderal "Flying Tigers", dan pilot AS dan mekanik bersama-sama dengan Angkatan Udara AS dalam Perang Dunia II untuk membantu perang melawan Jepang.
Captain Peng merupakan salah satu putra terbaik Kalimantan Barat yang tergabung dalam AVG pada tahun 1944, unit udara yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat selama Perang Dunia ke Dua.
Salah satu peristiwa heroic yang dialaminya ketika dalam suatu misi tempur ia berhasil selamat dalam pertempuran udara melawan angkatan udara Jepang, padahal di badan pesawatnya ditemukan lebih dari 20 lubang peluru, ia berhasil selamat tanpa terluka sedikitpun.
Atas jasanya dia dianugerahi "Cross Distinguished Flying", oleh pemerintah AS pada tahun 1945," kata putra bungsu Almarhum, Peng Zhuonan, saat ditemui di Sekretariat Marga Peng, Pontianak.
Peng mengemudi pesawat tempur P-40 dan P-51 Mustang ,yang pada PD II disebut pesawat tempur paling canggih di dunia, melalukan pengawalan, deteksi udara tempur, juga misi pengeboman.
Salah satu pertempuran udara paling sengit terjadi pada maret 1945, ia dan rekan-rekannya mengemudi lebih dari 10 pesawat tempur P-51 diperintahkan untuk pergi ke Nanjing.
Terbang sepanjang Sungai Yangtze di Nanjing, Instana Ming, dan masing-masing bandara, hanya dalam 20 menit, mereka telah menghancurkan 15 pesawat Jepang, dan kemudian kembali dengan selamat, tanpa 1 pesawatpun jatuh.
Kini, Pilot Tempur Kalbar, asal Kabupaten Sekadau ini tinggal "in memorium", namun dalam setiap foto yang diabadikan, Peng Jiaheng mengenakan tiga medali di dada, Medali Perang Kemenangan Anti Jepang, Medali Palang Terbang dan Medali Udara.
Kapten Peng Jiaheng (90 tahun), mantan pilot 'Flying Tiger' yang terbang dengan Kelompok Sukarelawan Amerika (AVG) dikenal sebagai Harimau Terbang, wafat pada 22 Agustus 2010 meninggal dunia karena menderita penyakit leukemia akut myelogenouse di Beijing.
Dalam surat wasiatnya ia berpesan agar dapat dimakamkan di kampong halaman tercinta di Sekadau, Kalimantan Barat.
Dalam pidato pemakamannya Ketua Kadin Kalbar, Santoso Tio berkata bahwa kewarganegaraan tidak bisa menentukan nasionalisme seseorang, kita harus mengenang dan menghargai jasa-jasa beliau yang selama ini tinggal di Beijing.
Ini sangat saya rasakan karena saya dari keluarga korban penjajahan Jepang, dan dua kakek saya dibunuh tentara Jepang. (Gideon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar