Kesaksian Keluarga Jenderal Ahmad Yani - Target Hukum Online

Breaking

Berita Seputar Hukum Dan Kriminal

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 29 September 2017

Kesaksian Keluarga Jenderal Ahmad Yani

Targethukumonline. Sejarah - Kesaksian keluarga Jendral Ahmad Yani. Penculikan dan pembunuhan para jenderal tentu saja amat membekas di benak keluarganya. 

Sejarah kelam terbunuhnya Jenderal Ahmad Yani

Khususnya mereka yang langsung menyaksikan segerombolan tentara, dengan perilaku kasar, menggelandang ayah atau suami mereka. Apalagi bagi keluarga jenderal yang ditembak di rumah sendiri.

Peristiwa tragis itu dialami oleh Untung Mufreni Achmad Yani, anak ketujuh dari delapan bersaudara putra Letjen A. Yani. Ketika itu usianya masih 11 tahun, dialah yang terbangun malam itu dan menyaksikan ayahnya ditembak. 

Adiknya, Eddy, saat itu berusia 7 tahun, membangunkan ayahnya karena diminta oleh salah seorang anggota Pasukan Cakrabirawa.

Karena ada ribut-ribut saya terbangun, di rumah itu kan ada semacam bar saya disitu saja. Waktu itu terjadi perselisihan atau pertengkaran, tapi, Bapak itu sepertinya disuruh cepat-cepat menghadap Presiden. Bapak mau ganti baju dulu, waktu itu beliau pakai piyama agak biru.

Tentara itu bilang, tidak usah karena harus segera. Bapak memukul salah seorang Cakrabirawa. "Kamu prajurit tahu apa," kata bapak yang lalu membalikkan badan menutup pintu kamar, aktu itulah Bapak ditembak.

Lalu jenazah bapak diseret keluar, kami mencoba mengejar dari belakang, waktu sampai di pintu belakang, ada satu Cakrabirawa yang menghadap ke arah kami. Dia mencegah dan mengancam kami, kalau sampai keluar akan ditembak.

Kami tidak jadi keluar, akhirnya kami cuma menangis, kami akhirnya hanya mengintip dari jendela. Jenazah bapak diseret - seret sampai depan. Sesudah itu kami tidak tahu lagi, mau coba telpon, kabelnya diputus.

Tak berapa lama kemudian Ibu datang dengan beberapa pengawal pribadi bapak, begitu Ibu masuk dan melihat darah bekas seretan, Ibu menangis, masuklah Ibu ke dalam, dekat meja makan dan melihat darah disitu.

Lalu beliau ambil baju bapak yang terakhir malam itu dipakai, darah itu dipel dengan baju itu lalu baju itu dilap ke muka ibu, baju itu lalu dibungkus, ibu bawa baju itu kemana-mana tidur pun dibawa. ($.Pranata)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad