Target Hukum Online. Pati - Kabar Indonesia, Bagansiapiapi - Muasal Peristiwa menegangkan itu terjadi pada tanggal 12 Maret 1946 lalu, ketika orang-orang cina di kota Bagansiapiapi (Riau) mengibarkan bendera Kuo Min Tang dalam lafal cina Cap Ji Kak (bendera bintang dua belas). Tanggal itu adalah merupakan hari besar bagi Cina Nasionalis. Mereka mengibarkannya tanpa berdampingan dengan sang merah putih.
Tindakan itu menimbulkan heran dan kemarahan bagi pemuda Indonesia dalam Front Perjuangan Rakyat Indonesia (FPRI) Bagansiapiapi, bahkan anggota TKR pun marah. Kemudian tindakan yang dianggap pelecehan terhadap kedaulatan Pemerintah Republik Indonesia itu mengadukan kejadian tersebut kepada Wedana Bagansiapiapi, M.Yatim Lubis yang masih merangkap sebagai ketua KNI Daerah.
Kapitan Lu Cin Po kemudian dipanggil Wedana Bagansiapiapi dan sekitar pukul 09.00 WIBdia hadir di kantor KNI Daerah di jalan rumah sakit (sekarang asrama Polisi,jalan Dr.Pratomo). Perundingan pun berlangsung, Wedana didampingi stafnya, diantaranya Buyung Ketobah.
Sementara di kota Bagansiapiapi semakin tegang oleh tindakan TKR dan FPRI, mereka mengambil inisiatif menurunkan bendera bintang dua belas dari kaki lima maupun diloteng rumah-rumah cina. Melihat oknum TKR bertindak di luar komando maka anggota Polisi Tentara (PT), Amran Liki melakukan patroli kemudian anggota TKR yang berkeliaran diperintahkan untuk konsinyasi, kembali kemarkasnya (sekarang SDN I,jalan Perwira depan kantor polsek Bangko, Bagansiapiapi).
Namun seorang anggota TKR, Kahar Yakin menebang tiang bendera Kuo Min Tang dari bambu yang berada didepan kedai pangkas Tiu Nai Kuai (sekarang disudut jalan Merdeka dan Jalan Sentosa). Orang cina politik yang biasa kumpul di kedai pangkas itu marah melihat perbuatan itu sehingga terjadi pertengkaran. Kemudian mereka menegakkannya kembali, mengikatnya dengan seutas tali. Kejadian yang ramai itu akhirnya Amran Liki tiba ditempat dan memerintahkan Kahar Yakin kembali kemarkas.
Tetapi ketegangan tidak mereda, Polisi Tentara pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap emosional pemuda yang marah. Bahkan Jaman Sirait seorang FPRI dari pasukan Hizbullah memberikan komando kepada anak buahnya agar menanggalkan pakaian kesatuan dan berjuang atas nama pribadi.
Dikota Bagansiapiapi saat itu ada juga orang cina yang secara sukarela menurunkan bendera mereka dan ada juga yang mengibarkannya secara berdampingan sesuai kesepakatan sebelumnya.
Tepat jam sebelas siang akhirnya perundingan di kantor KNID mencapai kesepakatan. Kedua belah pihak sepakat bahwa orang cina mengibarkan bendera merah putih disebelah kanan dan bendera Kuo Min Tang sebelah kiri berdampingan hingga pukul 12.00 WIB apabila tidak di indahkan maka bendera Kuo Min Tang harus diturunkan.
Kemudian Kapitan Lu Cin Po dengan bersepeda merk Releigh meninggalkan kantor KNID menyelusuri jalan rumah sakit (sekarang jalan Dr.Pratomo) menuju jalan Bank (sekarang jalan merdeka) kemudian belok kejalan Pasar (sekarang jalan perniagaan). Disepanjang jalan pemukiman orang cina itu warga cina mengadu kepadanya bahwa orang berpakaian preman bertindak menurunkan bendera Kuo Min Tang dari rumah mereka.
Melihat keadaan yang kacau maka Lu Cin Po membalikkan sepeda kayuhnya kejalan semula. Namun di persimpangan jalan kantor pos dan jalan Bank (sekarang jalan perwira dan merdeka, depan gedung dekrasnada) Kapitan Lu Cin Po dicegat oleh orang front Perjuangan Rakyat Indonesia (FPRI), tampak diantaranya Rifa'i Abidin, Wan Saleh Tamin, Abdul Hakim dan Dudin.
Menurut saksi mata Kapitan Lu Cin Po karena terdesak maka hanya berkata "Sabat, sabat" (berlogat cina,maksudnya sabar,sabar). Namun seorang pejuang rakyat itu langsung menyabatnya. Kapitan sempat mengelak namun mengenai lehernya, dan roboh ditempat. Melihat kejadian itu beberapa orang cina kemudian melarikan Kapitan Lu Cin Po ke rumah sakit namun tewas sebelum tiba di rumah sakit.
Berita tewasnya Kapitan Lu Cin Po menyebar diseluruh kota Bagansiapiapi. Secara sepontan akhirnya banyak rumah cina menutup pintunya.
Sementara itu dari Parit Tangko (sekarang satria tangko) hingga simpang Tukang besi (simpang jalan bawal) telah terjadi perang sosoh antara pejuang rakyat dari kampung jawa (sekarang Bagan Jawa) dibawah pimpinan Amat Mirah melawan pasukan cina. Dengan sebanyak 20 orang, Amat Mirah menyerbu dari kampung jawa menuju kota. Di simpang Parit Tangko Amat Mirah mendapat instruksi dari Maswiryodiharjo komandan FPRI untuk menurunkan bendera Kuo Min Tang dari rumah orang cina disekitar parit tangko hingga simpang tukang besi.
Amat Mirah mendapat bantuan sekitar 10 orang dari jalan Siakap (sekarang jalan Siak) dan Bagan Hulu. Gabungan pasukan ini kemudian melaksanakan perintah menurunkan bendera Kuo Min Tang itu dari rumah cina. Namun Amat Mirah mendapat perlawanan sengit dari orang cina, banyak orang cina itu bersenjata tajam seperti tempuling (tombak bermata cabang), pedang dan lain-lainnya.
Pasukan Amat Mirah banyak yang tewas. Akhirnya kawasan itu dikuasai oleh orang cina. Bantuan dari FPRI maswiryodiharjo dan A.Karim Said terlambat datang akhirnya mereka mundur dan bertahan di komplek Water Leiding (jalan siak sekarang).
Sementara itu bantuan FPRI Kampung Jawa juga terlambat datang. 20 orang yang dipimpin Mahyudin Ahmad banyak melihat penduduk yang berlarian menuju kampung jawa. Mereka mengatakan bahwa semua pasukan Amat Mirah sudah tewas karena pasukan cina yang banyak sehingga tidak seimbang. Mendengar itu akhirnya pasukan Mahyudin Ahmad juga mundur.
Dari saksi mata didata sebanyak 16 orang yang tewas, yakni Amat Mirah, Pawirorejo, Pairin, Kromosono, Ali, Amat Sairin, Sarman, Sarkam, Ngatimun, Parjan, Saimin, Fakih Saleh, Hakim bin Kimang, Husin, Khalifah Sidik dan Khalifah Thalib.
Korban lainpun berjatuhan, orang pribumi yang bekerja di bangliau-bangliau cina terjebak dan tak bisa melarikan diri. Mereka menjadi keganasan balas dendam. Mereka dibunuh tanpa ampun.
Pemerintah mencoba mencegah permusuhan dan kerusuhan itu. Dengan aparat yang sangat terbatas, pemerintah berusaha menghentikannya. Masing-masing pihak ditarik kebasisnya. Akhirnya kerusuhan dalam kota Bagansiapiapi dapat dihentikan meskinpun keadaan masih tetap tegang. Masing-masing pihak saling waspada. ($@b@®!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar