Target Hukum Online. Pati - Saat seorang murid bertanya pada gurunya "assalamu'alaikum... Guru"
Al-Hallaj, seorang dedengkot sufi, berkata:
“Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang (yang sedang) makan dan minum.” (Dinukil dari Firaq Al-Mua’shirah,
karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Iwaji,2/600)
ibnu'arobi berkata:
“Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban?”
(Al-Futuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Mu’ashirah, hal. 601)
Ibnu ‘Arabi berkata: “Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah!” (Fushushul Hikam).
Ibnu ‘Arabi berkata: “Maka Allah memujiku dan aku pun memuji-Nya. Dia menyembahku dan aku pun menyembah-Nya.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah)
Jalaluddin Ar-Rumi, seorang tokoh sufi yang sangat kondang, berkata:
“Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti. Bagiku, tempat ibadah adalah sama… masjid, gereja, atau
tempat berhala-berhala." (Dinukil dari Ash-Shufiyyah Fi Mizanil Kitabi Was Sunnah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal.24-25.)
=======================================
waalaikumsalam wr wb
Mereka adalah datuknya para sufi,
Al-Hallaj dan Ibnu Arobi itu berfaham manunggaling Kawulo-Gusti/wahdatul wujud. agar mengerti lebih lanjut tentang hal ini maka harus faham dulu apa yang disebut Allah itu.
Ada dua sudut pandang dalam memandang TUHAN itu:
1. memandang TUHAN sebagai DZAT belaka. Dalam hal ini, maka ALLAH adalah Dzat laisa kamitslihi syai'un (tiada serupa dengan apapun). Pandangan seperti ini melahirkan pemisahan Hamba dan TUHAN, hamba ya hamba, Tuhan ya Tuhan. Masing2 berdiri sendiri2. Pandangan ini akan melahirkan "keakuan" makhluk disatu sisi, dan keakuan TUHAN disisi yang lain. Ini disebut "bersekutu" dalam keakuan. Ini akan menghasilkan "SYIRIK HAQIQI".... yaitu menyekutukan ALLAH dengan keakuan kita sendiri. Pemahaman inilah yang dianut dan dimengerti semua ahli syari'at.
2. memandang TUHAN sebagai totalitas DZAT dan SIFAT. Dalam hal ini, akan memandang DZAHIR dan Batin sebagai ALLAH. Maka pandangan seperti ini akan menghasilkan "LAA Maujudun Illallah" (tidak ada yang mawujud selain Allah)., Dzahir dan Batin adalah Allah. Pandangan ini akan dihukumi secara syari'at sbg "KAFIR ZINDIQ". Dikarenakan unsur dzahir TUHAN, itu sebagai menjismkan Allah, atau menganggap Allah seolah benda.
========================================
bagi orang yang memandang Allah sbg Dzat belaka terhadap orang yang memandang Allah sbg Dzat dan Sifat scr total, maka mereka mengatakan orang spt Al-Hallaj dan Ibnu Arobi diatas sbg KAFIR ZINDIQ..........
Bagi orang yg memandang Allah sbg Dzat dan Sifat scr kesatuan, memandang orang yg memandang Allah sbg Dzat belaka, maka mereka mengatakan itu sbg SYIRIK HAQIQI..........
========================================
Orang Syari'at akan mengatakan orang hakekat sbg KAFIR ZINDIQ.
Orang hakekat akan mengatakan orang syari'at sbg MUSYRIK HAQIQI.
========================================
Secara syari'atnya Allah itu dipandang sbg Dzat belaka (laisa kamislihi syai'un), secara hakekatnya Allah itu dipandang sbg Dzat dan Sifat sbg kesatuan mutlak yg tdk boleh dipisah-pisah.
========================================
Jalaluddin Ar-Rumi, seorang tokoh sufi yang sangat kondang, berkata:
“Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti. Bagiku, tempat ibadah adalah sama… masjid, gereja, atau
tempat berhala-berhala." >> Ini sudah pernah kuterangkan dahulu kala..... namun akan kuulas lagi scr singkat saja..... perkataan Rumi ini adalah perkataan hakekat, tdk bs engkau fahami scr syari'at.
seorang muslim itu maknanya seorang yang tunduk berserah diri.
seorang nashrani itu maknanya seorang yang suka menolong orang lain.
seorang brahmawi itu maknanya seorang suka yang suka menyucikan diri
seorang zaradasyti itu maknanya seorang yang suka sekali mempelajari ilmu pengetahuan
semua tempat ibadah sama maksudnya bahwa masjid yang sesungguhnya itu ada didalam hati itulah tempat menyembah Allah yg sesungguhnya, bukan masjid bangunan batu itu.
========================================
Pada dasarnya perkataan diatas adalah perkataan HAKEKAT, tidak bisaq difahami dengan kacamata SYARI'AT........ beda kamar, dan beda level keilmuannya.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar