Syarat Menjadi Pasukan Khusus - Target Hukum Online

Breaking

Berita Seputar Hukum Dan Kriminal

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Rabu, 21 September 2016

Syarat Menjadi Pasukan Khusus

Targethukumonline. Pati - Kecepatan reaksi tidak hanya harus mampuni di medan lapang kadang disela semak belukar para prajurit Parako harus bisa bergerak cepat dengan senjata mengarah kedepan untuk mengejar musuh yang lari. Mengejar komposisi pas, kecepatan dan posisi pasukan itulah susahnya, waktu pendidikan ditetapkan selama 20 minggu.
Periode pelatihan dibagi atas Latihan Dasar Komando (10 minggu), Gunung dan Hutan (enam minggu) dan Pendaratan Laut (empat minggu). Dalam ketiga tahapan ini, siswa komando menerima 63 materi pelajaran seperti teknik tempur, baca peta, pionir, patroli, survival, naik gunung serta pendaratan dengan kapal motor dan pendaratan amfibi. Pada masa setelah itu, waktu pendidikan mengalami peningkatan menjadi 22 minggu.
Malah karena kebutuhan organisasi dan lapangan yang terus meningkat, tahun 1991 waktu pendidikan menjadi 28 minggu.
Para petinggi di Mako Kopassus terus berupaya mengupgrade kemampuan dan keterampilan prajurit. Maka diciptakanlan 28 jenis pendidikan dan kursus untuk mempertajam kemampuan. Mulai dari pendidikan sandi yudha, kursus pelatih komando, kursus pelatih sandi yudha, kursus pelatih para, kursus pelatih free fall, kursus jump master dan kursus pandu udara (path finder).


Hingga pertengahan 1990-an, Kopassus akhirnya mencapai pertumbuhan terbesarnya. Dari tiga grup dikembangkan menjadi lima grup. Kebutuhan personel meningkat dengan cepat ujung ujungnya yang kelimpungan adalah Pusdik Passus. Untuk mengakalinya, akhirnya gelombang pendidikan yang sebelumnya sekali setahun dijadikan dua kali.
Dan untuk memberikan jeda refreshing kepada Pusdik waktu pendidikan dikurangi menjadi 20 minggu dengan tidak mengurangi materi artinya terjadi pemadatan materi. Dalam crash program ini calon prajurit diambilkan dari sejumlah Kodam serta wervinginternal di setiap grup Setelah kebutuhan terpenuhi, pendidikan komando kembali menjadi 28 minggu setahun sekali.
Paket ini masih dipertahankan hingga hari ini pendidikan komando diakhiri di Nusakambangan sebelum acara pembaretan, selalu diadakan demo penutup dari siswa komando yang disaksikan para undangan dan keluarga siswa.
Kopassus menyebut demo saat matahari terbit ini dengan Seruko (Serangan Regu Komando) setelah menyelesaikan pendidikan komando dan para dasar serta berhak menyandang brevet komando dan baret merah, saatnya berdinas pun dimulai.
Prajurit-prajurit baru itu disebar di Grup 1 dan 2. Di Grup, pada tahap awal mereka akan melaksanakan orientasi untuk mendapatkan gambaran tugas, nilai nilai dan tradisi satuan barunya. Baru setelah itu dibawah pembinaan Grup, mereka menerima beberapa materi latihan baik untuk meningkatkan kemampuan, setidaknya memelihara kualifikasi yang sudah diperoleh. Tuntutan selama di Grup adalah setiap prajurit minimal harus mengikuti  sekali tugas operasi, tuntutan ini adalah syarat mutlak apabila salah satu dari mereka dipromosikan ke Sat 81 atau Grup 3.
Pada masa menunggu sebelum tugas operasi turun prajurit diberi pendidikan lanjutan yaitu pendidikan spesialisasi dan pendidikan khusus di Sekolah Pertempuran Khusus (Sepursus). Sepursus diselenggarakan di Pusdik Passus Batujajar kemampuan yang akan dikuasai ini sangat menunjang dalam operasi komando.
Karena beroperasi dalam tim-tim kecil dengan menerapkan teknik-teknik unconventional warfare, pertempuran yang dilakukan memang tidak keroyokkan. Perebutan pengepungan, pencidukan, penyekatan atau penculikan tokoh musuh adalah jenis pertempuran yang tidak sembarangan.
Untuk itulah materi-materi di Sepursus diarahkan kepada kebutuhan tugas meliputi PJD (Pertempuran Jarak Dekat) perang kota, gerilya lawan gerilya dan antiteror.
Selain Sepursus prajurit juga diharuskan mengikuti pendidikan spesialisasi jika Sepursus difokuskan untuk level kelompok tempur maka pendidikan spesialisasi adalah kecakapan individu untuk mendukung kelompok tempur. Kopassus menggunakan istilah regu untuk kelompok tempur terkecilnya yang berkekuatan 10 orang.
Pendidikan komando
Melelahkan dan meruntuhkan mental itulah kesimpulan akhir dari pendidikan komando.
Ada yang kuat setengah kuat dan yang gagal di tengah jalan, penilaian akhir pendidikan komando dilakukan secara akumulatif dari puluhan materi yang diberikan. Dari penilaian itu akan terlihat kecenderungan, kelebihan dan kekurangan seorang prajurit, peserta gagal biasanya karena sakit.
Standar selama pendidikan di atas rata-rata kalau nilai jasmani di satuan lain minimal 61, Kopassus menerapkan angka 70 nilai yang sama untuk menembak, yang berat juga dalam urusan jasmani adalah renang nonstop 2.000 meter dan renang ponco menyeberangi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.
Setidaknya ada dua materi yang bikin bulu kuduk merinding dalam tahap Perang Hutan.
Yaitu Pelolosan dan Kamp Tawanan Sebagian prajurit Kopassus yang ditanya soal dua materi ini hanya bisa tersenyum tipis “Berat, berat sekali tapi harus dilalui apapun yang akan terjadi,” tutur seorang prajurit Grup 1.


Pelolosan diawali dengan dilepasnya siswa satu demi satu di sebuah tempat di Nusakambangan.
Dalam hitungan tertentu harus tiba di save house di pantai Permisan. “Kalau ditarik garis, itu dari ujung ke ujung pulau hingga berakhir di Permisan,” jelas Kapten Inf Agus Widodo, Perwira Seksi Intel Grup 1. Pelolosan dimulai pukul 7 pagi hingga paling lambat memasuki save house pukul 10 malam.
Setelah dilepas instruktur siswa yang tidak dibekali apapun itu harus mampu menembus segala rintangan selama di perjalanan, rintangan baik dari alam atau rekaan para instruktur. Rekaan instruktur bisa berupa tembakan atau dikejar sampai tertangkap. “Kami harus berupaya agar tidak tertangkap, karena tertangkap sama saja gagal melaksanakan tugas,” kata Agus. Apa jadinya kalau tertangkap? Bayangkan saja perang sungguhan ketika seorang tentara musuh tertangkap, dimasukkan ke dalam tahanan lalu diinterogasi dan disiksa sampai buka mulut.
Gebukan, tendangan, hantaman benda keras dan sejumlah siksaan lainnya yang mungkin tidak bisa disebutkan, hukuman diterima bagi yang tertangkap katanya sejumlah tentara asing mengakui bahwa materi ini tidak manusiawi. Menurut Kapten Agus, latihan ini membuat mereka betul-betul sadar ancaman yang bisa saja diterima dalam sebuah pertempuran.
Selesai Pelolosan berikutnya sudah menunggu materi Kamp Tawanan jika di Pelolosan hanya yang tertangkap merasakan siksaan sebagai tawanan, maka di Kamp Tawanan seluruh siswa merasakannya. Selama tiga hari tiga malam siswa merasakan beratnya menjadi tawanan perang. Walau semua jenis siksaan fisik ini sudah ditentang lewat Konvensi Jenewa, namun siapa bisa menjamin tidak akan terjadi. Contoh paling aktual lihat saja penyiksaan tawanan Irak di Baghdad Correctional Facility yang dulunya Penjara Abu Ghraib oleh tentara Amerika Serikat di tahun 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad