Target Hukum Online. Pati - Jumlah penduduk merupakan modal bagi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Meskipun demikian, populasi penduduk yang tidak terkendali juga merupakan ancaman terbesar bagi lingkungan hidup dunia saat ini. Jika populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Prediksi PBB populasi dunia akan mencapai 9,3 milyar pada tahun 2050 dan 10,1 milyar pada tahun 2100. Tingginya laju pertumbuhan penduduk akan membawa dampak bagi penyediaan pangan, lahan pertanian, perumahan pendidikan, kesempatan kerja dan barang konsumsi lainnya.
Menurut data PBB, penduduk bumi sudah mencapai 7 milyar orang. Tahun 2050 atau 36 tahun nanti akan ada tambahan penduduk 2,3 milyar orang lagi. Seperti perkiraan sebelumnya, penduduk negara India dan benua Afrika akan menyumbang pertambahan penduduk dunia.. Kebanyakan penambahan 2,3 miliar manusia itu terjadi di negara berkembang, dengan prediksi penduduk di negara tersebut melonjak dari 5,6 miliar menjadi 7,9 miliar pada tahun 2050. Sementara itu, penyebaran pertambahan penduduk negara berkembang adalah 1,2 miliar pada usia 15-59 tahun, dan sekitar 1,1 miliar orang dalam kelompok usia lebih dari 60 tahun.
PBB memperkirakan, pertambahan penduduk di negara berkembang hingga 2050 minimal 1,23 miliar hingga 1,28 miliar orang.
Sementara itu, penyebaran pertambahan penduduk negara berkembang adalah 1,2 miliar pada usia 15-59 tahun, dan sekitar 1,1 miliar orang dalam kelompok usia lebih dari 60 tahun. PBB memperkirakan, pertambahan penduduk di negara berkembang hingga 2050 minimal 1,23 miliar hingga 1,28 miliar orang. Sementara itu, penyebaran pertambahan penduduk negara berkembang adalah 1,2 miliar pada usia 15-59 tahun, dan sekitar 1,1 miliar orang dalam kelompok usia lebih dari 60 tahun.
PBB memperkirakan, pertambahan penduduk di negara berkembang hingga 2050 minimal 1,23 miliar hingga 1,28 miliar orang. Sementara itu, penyebaran pertambahan penduduk negara berkembang adalah 1,2 miliar pada usia 15-59 tahun, dan sekitar 1,1 miliar orang dalam kelompok usia lebih dari 60 tahun. PBB memperkirakan, pertambahan penduduk di negara berkembang hingga 2050 minimal 1,23 miliar hingga 1,28 miliar orang.
Temuan hasil estimasi populasi dan proyeksi dari 228 negara tersebut disusun oleh Biro Sensus International Data Base (IDB). Laporan Biro itu menunjukkan, rata-rata perempuan di sub-Sahara Afrika kini mempunyai 5,2 anak, dibandingkan rata-rata 1,6 di Eropa dan 1,9 di Amerika Utara. Di beberapa negara Afrika, seperti Niger, angka kelahiran setinggi 7,6 anak untuk tiap perempuan.
Bahkan dengan asumsi angka kelahiran ini akan menurun terus dalam beberapa puluh tahun mendatang, penduduk Niger diperkirakan tetap naik hampir empat kali menjelang 2050. Nigeria saat ini memiliki penduduk 166 juta orang, namun tahun 2050 penduduknya diperkirakan akan melompat ke 402 juta.
Disebutkan bahwa persentase rakyat Nigeria yang hidup dalam kemiskinan absolut juga mencapai 61 persen pada tahun 2010, naik dari angka 55 persen pada enam tahun sebelumnya. 61 persen rakyat Nigeria hidup dengan penghasilan kurang dari 1 dolar per hari pada tahun 2010.
Indonesia sudah naik ke peringkat ke 4 pada tahun 2013. Tapi akan turun ke posisi ke 5 di tahun 2050 karena dilewati oleh jumlah penduduk dari Afrika Nigeria. Beberapa tahun mendatang, penduduk Indonesia akan menembus angka setengah milyar penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan berdampak pada kemiskinan dan pengangguran. Karenanya diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait lainnya bersama-sama menanggulangi ledakan penduduk sekaligus memberikan edukasi masyarakat tentang pentingnya perencanaan keluarga agar kualitas hidupnya lebih baik. Disinilah KB menjadi kebutuhan yang sangat mendesak ketika ancaman ledakan penduduk menimpa.
Sarjono Soeakanto dalam bukunya, Sosiologi : Sebuah Pengantar (2010) bahwa angka kelahiran yang tinggi dapat diatasi dengan melaksanakan program Keluarga Berencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapsitas produksi.
Dengan demikian, program KB menjadi pilihan yang sangat efektif guna membatasi jumlah anak dalam satu keluarga secara umumnya dan menunda masa perkawinan dini agar dapat mengurangi angka kelahiran yang tinggi. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan untuk mengimbangi ledakan penduduk adalah penambahan dan penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan, mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi, dan meningkatkan produksi.
Jika beberapa cara tersebut bisa dicapai, ancaman peledakan penduduk bisa diminimalisir, sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan seminimal mungkin. Jika angka kemiskinan dan pengangguran berkurang, kesempatan dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan benar-benar bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat, dan pada akhirnya kesejahteraan akan tercapai. (Nita Yuni Hartanti, SKM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar